SEMINAR NASIONAL FATIK: Kiat Menjawab Tantangan Literasi di Era Digital
https://betamillah.blogspot.com/2018/04/seminar-nasional-fatik-kiat-menjawab.html
lpmalmillah.com - Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FATIK) adakan Seminar Nasional bertema “Strategi Membangun Budaya Literasi di Era Digital” Kamis (19/40/2018) di Graha Watoe Dhakon. Acara ini menghadirkan Moh. Khusnuridlo (Guru Besar Manajemen Pendidikan IAIN Jember) dan Ahmad Hidayatulah Zarkasyi (Dekan Fakultas Humaniora UNIDA Gontor) sebagai pembicara. Sementara Harjali (Dosen FATIK IAIN Ponorogo) bertindak sebagai moderator acara.
Siti Maryam Yusuf, rektor IAIN Ponorogo dalam sambutannya mengungkapkan alasan diadakannya seminar, khususnya bagi mahasiswa FATIK. “Seminar ini supaya direspon, dicerna dengan sebaik-baiknya, supaya menjadi mahasiswa yang intelek, berkeilmuan, dan memperoleh manfaat dengan baik,” tegas orang nomor satu di ‘Kampus Hijau’ tersebut.
Harjali yang juga sebagai Dekan Fatik berharap melalui seminar tersebut dapat tumbuh kepekaan terhadap literasi bagi semua kalangan terutama mahasiswa Fatik. “Budaya literasi adalah bentuk kepekaan. Sudahkah bangsa kita ini punya budaya kepekaan literasi atau membaca?”, tanya Harjali dalam sambutannya.
Khusnuridlo menuturkan adanya 6 basik literasi; yakni literasi membaca dan menulis, literasi numerasi, literasi teknologi informasi dan komunikasi, literasi finansial, literasi sains, dan literasi budaya kemasyarakatan. “Jangan pernah buat hari-harimu tidak bermanfaat, literasi tidak hanya membaca, tapi transportasi nilai-nilai agar hidup secara survive,” tutur Khusnuridlo.
Khusnuridlo juga mengatakan sebuah proses pembelajaran tidak lepas dari digitalisasi, “Teknologi pembelajaran literasi digital antara lain laptop, converter, software, mobilephone, dan tak kalah penting adalah inovasi. Inovasi tersebut, yang harus disongsong untuk kompetensi dosen,” ujarnya.
Selain itu, ia menambahkan bahwa fasilitas-fasilitas digital diharapkan lebih baik agar menciptakan kenyamanan bagi penggunanya. “Bentuk pembelajaran di era digital ini antara lain literasi media global, opini personal, global knowledge networks, belajar melalui online publishing dan melalui daya virtual simulation,” tambahnya.
Penyampaian materi disambung oleh Ahmad Hidayatulah Zarkasyi. Ia memaparkan tentang bentuk literasi yang ada di pesantren. “Literasi di pesantren mengajarkan keilmuan, apa ada literasi di pesantern? Ada, yaitu dasar dasar-dasar ilmu agama,” tukas Zarkasyi.
Dia juga menyarankan untuk mengembangkan budaya literasi dengan cara membaca apa saja, seperti buku, berita, isu-isu, melalui digital maupun konvensional, tentunya dengan bimbingan dan pengawasan. Kemudian mendiskusikan apa saja dalam jalur kehidupan berdasarkan buku-buku dan informasi yang memnuhi standar. Serta menulis di berbagai media seperti mading, buletin, jurnal, majalah, skripsi, tesis dan kolom republika untuk mahasiswa Gontor.
Selanjutnya, pengasuh Pondok Putri Gontor 1 itu juga menambahkan tentang penelitian yang diadakan di UNIDA Gontor, yakni dengan dibentuknya Fakultas Komunikasi. Di fakultas tersebut ada beberapa kegiatan seperti mewajibkan khutbah sholat jumat di masjid, mengajar TPA dan pramuka di wilayah binaan UNIDA, KKN di daerah yang menghajatkan, workshop keislaman di berbagai daerah di Indonesia, pusdiklat bahasa Arab untuk siswa dalam dan luar negeri.
Rodiah, mahasiswa jurusan PAI semester 2 menyampaikan pesan dan kesannya mengenai acara. Menurutnya literasi sangatlah penting, manfaat yang bisa didapat juga banyak. “Alhamdulillah, memotivasi mahasiswa untuk memberikan penekanan bahwasannya literasi itu penting di era digital seperti ini. budaya literasi ini bisa menjadi kebiasaan untuk berliterasi,” kata Rodiah.
Reporter: Ririn & Lia
Izin shere... terus menulis..
ReplyDeleteDan iain po sering" ngadakan seminar..
Salam..@alihsan
Terimakasih atas sarannya.
Delete