Manusia Adalah
https://betamillah.blogspot.com/2017/12/manusia-adalah.html
Oleh: Lohanna Wibbi A.
Manusia adalah makhluk paling pintar dari seluruh mahkluk yang ada di alam semesta ini. Mengenai asal usul manusia masih menjadi perdebatan. Tiga agama samawi yang masih ‘saudara’ (Yahudi, Kristen dan Islam) mengatakan bahwa manusia diciptakan langsung dengan ‘tangan’ tuhan. Manusia pertama adalah Adam. Sementara Darwin dengan teori evolusinya menganggap bahwa manusia adalah hasil evolusi dari makhluk sejenis kera.
Penulis tidak akan mengajak pembaca untuk merenungkan siapa moyang dari manusia dan siapa manusia pertama. Namun penulis akan mengajak pembaca untuk berfikir bersama tentang bagaimana menjadi manusia yang sejati.
Tokoh eksistensialisme, Sartre, mengatakan bahwa manusia lahir tanpa diminta oleh manusia itu sendiri. Manusia lahir dengan begitu saja. Karena manusia lahir tanpa diminta, maka manusia bebas melakukan sesuatu. Manusia adalah dirinya sendiri tanpa terikat oleh sesuatupun.
Menjadi manusia yang merdeka tanpa ikatan apapun tentu akan sangat sulit. Apalagi dengan kenyataan lingkungan yang ‘kebetulan’ taat terhadap ajaran agama, maka agama adalah penjara bagi manusia. Agama dengan peraturan-peraturannya mengikat manusia untuk selalu mengikuti peraturan-peraturan itu.
“Aku adalah diriku sendiri dan aku ada di sini”, kata tokoh eksistensialisme tersebut. Bahwa dengan kebebasannya, dia menjadi ada. Bebas dalam artian bukan karena ikut-ikutan, bebas bukan karena disuruh, tetapi murni terjadi karena pikirannya juga pengalaman yang menempanya. Semisal bebas karena ikut-ikutan pemikiran atau perbuatan satu tokoh, hal itu belum dinamakan kebebasan karena ia masih ikut atau terpenjara dengan pemikiran tokoh tadi. Memang susah menjadi manusia yang bebas. Kadang kita merasa sudah bebas, tetapi jika dipikirkan lagi ternyata kita hanya ikut dengan pemikiran satu tokoh yang kita anggap benar.
Menjadi manusia merdeka, maka tinggalkanlah hal-hal yang mengikatmu termasuk agama. Dalam artian bukan menganjurkan untuk tidak beragama. Maksudnya adalah dengan memahami apa hakikat agama. Apa fungsinya dan kenapa harus ada agama. Apakah untuk penentuan kita masuk surga atau neraka? atau hanya untuk ‘permainan’ tuhan semata?
Jika sudah memahaminya maka kita akan bebas dalam beragama. Maksudnya adalah kita tidak terikat oleh keberadaan tuhan, keberadaan surga dan neraka, keberadaan azab dan lain-lain. Kita beragama karena dasar diri kita sendiri yang menentukan. Pun jika hal-hal diatas (tuhan dsb.) dihapus, maka kita masih tetap beragama.
Menjadi manusia yang sejati adalah manusia yang merdeka. Manusia dibekali dengan akal supaya mereka bisa berfikir. Ketika manusia masih terikat dengan sesuatu tanpa menggunakan akalnya untuk memutuskan apakah dia akan melakukan ini atau tidak, maka dia bukanlah manusia. Dia sama seperti robot yang disettingsedemikian rupa sehingga manut dengan setting-an tersebut.
Hal itu sama dengan mahasiswa. Kalau sudah menjadi mahasiswa tidak bisa mandiri (tidak belajar jika tidak diberi tugas), masih taklid sama dosen (apa yang diucapkan dosen adalah maha benar, sehingga tidak boleh dibantah), masih terpenjara dengan sistem (mahasiswa kuliah lalu pulang kerumah, mengerjakan tugas, makan lalu tidur dan besoknya kuliah lagi, seperti itu terus-menerus) tanpa berfikir apakah memang dia harus begitu, maka ketika masih seperti itu saya menyamakan mereka dengan robot yang hanya bisa bergerak mengikuti setting-an.
Ilustrasi: vignette2.wikia.nocookie.net/filthy-frank/images/c/ce/Question-mark-face.jpg/revision/latest?cb=20160909100759